Tuesday, May 26, 2009

Alergi cegah dengan ASIX

A S I K U
http://asiku.wordpress.com


Cegah dengan ASI Eksklusif
Thursday, 21 May 2009
JIKA tidak ditangani, alergi akan menghambat proses perkembangan
anak.Sebab itu,atasi sejak dini penyakit alergi yang bisa dilakukan
dengan pemberian ASI Eksklusif.

Ketua Divisi Alergi-Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan anak FKUI-RSCM, Dr
Zakiudin Munasir SpA (K) menuturkan, tidak sedikit orang yang
menyepelekan alergi sehingga ketika periksa ke dokter, kondisinya
menjadi lebih parah. ”Alergi akan memengaruhi kualitas hidup seseorang,
baik pada orang dewasa maupun anakanak,” sebut Zakiudin.

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa susu menjadi golongan
makanan yang memengaruhi timbulnya alergi. Susu sapi merupakan protein
asing utama bagi bayi pada bulan-bulan awal kehidupan yang dapat
menimbulkan reaksi alergi pertama. Karena fungsi ususnya belum
sempurna,protein susu sapi tidak bisa dipecah dengan sempurna. ”Sekitar
4,1 % alergi terjadi karena konsumsi susu,” ujarnya.

Pencegahan bisa dilakukan dengan melakukan eliminasi makanan alergen,
yaitu dengan mengganti dengan makanan yang senilai untuk mencegah
malanutrisi. ”Umumnya, alergi makanan akan menghilang dalam jangka waktu
tertentu, dan pencegahan sejak dini bisa dilakukan dengan pemberian ASI
eksklusif,” ucap dokter kelahiran Mojokerto, 14 Agustus 1953.

Sedangkan untuk mencegah anak yang lahir dari orang tua yang mengidap
alergi bisa dilakukan dengan probiotik. Probiotik adalah bakteri hidup
yang memiliki efek menguntungkan untuk menguatkan dan meningkatkan
kesehatan flora usus. Probiotik merupakan salah satu cara yang dapat
membantu mengurangi risiko alergi.

“Konsumsi probiotik pada ibu hamil dapat meningkatkan daya tahan ibu
yang juga akan berpengaruh baik pada janin,” ujar dokter lulusan
Universitas Indonesia ini.Selain itu,ibu hamil juga harus menghindari
pencetus alergi atau alergen saat mengandung. Ibu hamil sebaiknya sadar
akan pencetus alergi dan menghindarinya.

Namun, kemungkinan anak mengidap alergi masih dapat terjadi ketika anak
lahir. Untuk itu, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan atau lebih
diperlukan agar anak memiliki daya tahan tubuh yang baik dan mengurangi
terpaparnya risiko alergi dan infeksi. ASI mengandung zat gizi lengkap
yang dibutuhkan bayi termasuk hypo allergenik,DHA,dan probiotik.

Nilai lebihnya ASI mengandung kolostrum yang dapat melindungi bayi dari
alergi dan infeksi. Namun, ada kondisi ketika seorang ibu tidak dapat
memberikan asupan ASI maksimal.Di antaranya karena pembengkakan dan
peradangan payudara hingga produksi ASI berkurang.

Untuk meningkatkan jumlah probiotik dalam ASI, ibu yang sedang menyusui
bisa mengonsumsi yoghurt, tempe, miso, atau buttermilk. Dikatakan oleh
ahli alergi imunologi dari Divisi Alergi Imunologi Klinik, Departemen
Ilmu Penyakit Dalam dari RSCM,Dr Iris Rengganis SpPD, KAI bahwa alergi
mempunyai banyak penyebab walaupun lebih besar terjadi karena faktor
genetik.

Akan tetapi mengatasi dengan mengenal tanda-tanda alergi terlebih dahulu
terhadap makanan juga perlu dilakukan orang tua. ”Orang tua harus
mengenali anak yang alergi terhadap makanan dengan mengenal gejala dan
segera tangani dengan membawanya ke dokter,”ujarnya. (inggrid namirazswara)


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/240338/

Kenali Alergi Makanan pada Anak
Thursday, 21 May 2009
BUAH HATI Anda mengalami bibir seriawan tanpa disertai rasa
sakit,gatal-gatal atau garis mata yang celong? Bisa jadi si kecil
mengalami alergi akibat makanan yang telah dikonsumsinya.

Istilah alergi berasal dari bahasa Yunani,yaitu allon argon,yang artinya
sebagai reaksi yang berbeda atau menyimpang dari normal terhadap
berbagai rangsangan atau zat dari luar tubuh. Misalnya terhadap makanan,
debu, obat-obatan dan sebagainya.

Ketua Divisi Alergi-Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan anak FKUI-RSCM Dr
Zakiudin Munasir SpA (K) menjelaskan,alergi merupakan suatu reaksi
kekebalan tubuh yang menyimpang atau berubah dari normal yang dapat
menimbulkan gejala yang merugikan tubuh, dimulai dari gangguan
pernapasan, kulit, hingga mata.

“Banyak orang tua yang menganggap enteng akan tanda-tanda alergi ini.
Padahal, alergi dapat berisiko terhadap tumbuh kembang anak,”tuturnya.
Zakiudin menyebutkan, seseorang dapat menderita alergi jika salah satu
atau kedua orang tuanya memiliki riwayat alergi. Hal ini menunjukkan
bahwa alergi bersifat genetik.

”Kenali tanda-tanda alergi pada anak yang bisa berasal dari beragam
penyebab,”ucapnya dalam diskusi media yang mengangkat tema ”Apakah
Alergi Diturunkan secara Genetik” yang diadakan Nestle Indonesia di
Jakarta, beberapa waktu lalu. Penyakit alergi biasanya mengenai anak
yang mempunyai bakat alergi yang disebut atopik, atau atopik syndrome.

Atopik berasal dari bahasa Yunani, yaitu topos,yang berarti
‘tempat’,A-topos artinya ‘tidak pada tempatnya’. Bisa juga dikatakan
sebagai alergi atau keadaan tubuh atau kulit yang hipersensitif,
menyerang sebagian dari tubuh yang tidak kontak langsung dengan penyebab
alergi (allergen).

”Walaupun risikonya kecil, lompat generasi juga bisa menjadi faktor
risiko timbulnya alergi secara genetik,” kata mantan Ketua Satgas HIV
IDAI ini. Adanya data yang menunjukkan bahwa penyakit alergi yang
terjadi pada anak-anak Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini
semakin meningkat jumlah penderitanya.

Di mana hal itu disebabkan selain karena faktor genetik, juga
dipengaruhi perubahan pola hidup masyarakat yang semakin modern. Semakin
modern pola hidup, maka akan semakin beraneka ragam zat yang terkandung
di dalam makanan dan minuman.”Faktor lingkungan dan gaya hidup orang
tuanya, sangat memengaruhi anak untuk terpapar alergi,” sebut Ketua
Perhimpunan Alergi- Imunologi (Peralmuni) cabang Jakarta Raya.

Zakiudin menyebutkan, di Amerika Serikat angka kejadian alergi pada anak
prasekolah 10 hingga 12%,dan pada usia sekolah 8,5 sampai 12,2%.
Departemen Pertanian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa 15 % populasi
alergi disebabkan makanan/ bahan makanan.

Sedangkan di Indonesia, angka kejadian alergi pada anak Indonesia belum
banyak diteliti tetapi beberapa ahli memperkirakan sekitar 25%-40% anak
pernah mengalami alergi makanan. ”Sekitar 20% anak usia satu tahun
pernah mengalami reaksi terhadap makanan yang diberikan, termasuk yang
disebabkan reaksi alergi,” tutur mantan Ketua Kelompok Kerja Alergi
Imunologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Alergi makanan turut menjadi pencetus terjadinya penyakit alergi. Yang
sering disebutkan adalah makanan laut yang mempunyai kandungan gizi
sangat tinggi. Sebut saja cumi-cumi, udang, kepiting, atau ikan laut
lainnya. Bahkan dikatakan Zakiudin, beberapa anak ada yang sangat
sensitif dan menimbulkan sesak napas atau bersin-bersin, walaupun hanya
mencium bau ikan saat sedang dimasak.

”Untuk anak yang alergi terhadap makanan laut, kandungan proteinnya bisa
digantikan produk ikan air tawar,” katanya. Golongan makanan lain yang
sering menjadi pencetus alergi di antaranya susu sapi, telur,
kacangkacangan, termasuk kacang tanah dan kacang kedelai, juga gandum
yang dikenal dengan istilah ”Baker Asthma”.

Bahan sintetis berupa pengawet (benzoat), penyedap (MSG) dengan gejala
chinese restaurant syndrome dan pewarna (tartrazine) juga memengaruhi.
Gejala klinis dapat diketahui, di mana gejala sebagian besar mengenai
saluran cerna karena kontak yang pertama kali adalah bengkak dan gatal
di bibir sampai lidah dan orofarings, nyeri dan kejang perut,muntah
sampai diare berat dengan tinja berdarah.

”Seriawan tanpa disertai rasa sakit, mata celong dengan garis dennies
atau keriput di bawah mata, hidung gatal, atau bersin-bersin adalah
reaksi terhadap alergi yang umum terjadi,”ujar Zakiudin. Ahli alergi
imunologi dari Divisi Alergi Imunologi Klinik, Departemen Ilmu Penyakit
Dalam dari RSCM, Dr Iris Rengganis SpPD,KAI mengatakan,asma juga menjadi
salah satu gejala yang ditimbulkan pada alergi yang biasanya adalah dari
alergi terhadap debu.

Seperti pada asma bronchial intrinsik. Asma bronchial adalah suatu
penyakit kronis yang ditandai peningkatan kepekaan saluran napas
terhadap berbagai rangsang dari luar (debu, serbuk, bunga, udara dingin
atau makanan) yang menyebabkan penyempitan saluran napas yang meluas dan
dapat sembuh spontan atau dengan pengobatan.

Jenis ini umumnya muncul apabila penderita asma mengalami gangguan
psikis, stres, olahraga berat, dan perubahan cuaca yang drastis.
Sifatnya lebih kronis, juga disertai dahak berkelanjutan.“ Pemilihan
olahraga ringan seperti renang bisa dilakukan untuk penderita alergi
dengan gejala asma,”ucapnya. (inggrid namirazswara)



http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/240339/

0 komentar:

 
Tu Wa Ga Pat Blogger Template by Ipietoon Blogger Template